Contoh Puisi Elegi – Sebenarnya, puisi elegi sudah ada sejak zaman kesusastraan Romawi dan Yunani. Saat itu, semua syair yang bertemakan cinta, perang, dan juga kematian dimasukkan dalam puisi elegi.
Majalahpendidikan.com akan menyampaikan materi pembelajaran dengan judul Conto Puisi Elegi. Dimana materi pembelajaran ini akan diulas berdasarkan Pengertian dan Contoh
Pegnertian
Puisi elegi pada umumnya ialah dalam kesusastraan yang meminjamkan ke syair atau nyanyian yang menerima ratapan dan menerima dukacita, khusus pada peristiwa kematian. Namun tak hanya kematian, penggunaan kata “elegi” dalam syair atau lirik lagu juga dapat membantu untuk mengutarakan perasaan ditolak.
Objek yang digambarkan dari dalam puisi biasanya terdiri dari pengalaman-pengalaman pahit yang pernah dialami, bisa juga terdiri dari penyesalan atau sesuatu yang pernah dilakukan dari masa lalu. Selain itu, Elegi juga dapat digunakan untuk mengungkapkan empati atas acara kemalangan yang dilayani oleh orang lain.
Contoh Puisi Elegi
Berikut ini anda bisa melihat contoh puisi elegi dibawah ini. Agar dapat memudahkan anda untuk memahami dari penjelasan puisi elegi diatas:
Contoh Elegi Tentang Kesaksian Akhir Abad
Tangisan tangis menghantam pintu hatiku.
Bau darah tengik mengganggu tidur malamku.
Oh, tafakur mat!
Oh, bau sungai yang kotor!
Bagaimana saya bisa
Baca situasi ini?
Di atap pikiran saja pikiran
yang diterangi oleh lampu-lampu kota
yang berkelahi dengan malam,
Saya menyebut nama Anda:
Wahai leluhur nusantara!
O Sanjaya!
Leluhur budaya terestrial.
O Purnawarman!
Leluhur budaya air!
Kedua warga Anda mampu
kaitkan tanah dan budaya air!
Oh, terima Kuturan! Atau, terima Nirarta!
Tuan-tuan cantik yang penuh kedamaian!
Anda mengajarkan tata kehidupan
bervariasi dan makmur,
yang dijaga oleh dewan hukum adat.
Oh, bagaimana saya bisa mengerti bahasa berisik dari
Bangsaku?
O Kajao Laliddo! Bintang terang Tana Ugi!
Negarawan yang cerdas dan bijaksana!
Anda mengajarkan aturan permainan
Dalam bentrokan keinginan
Berbagai jenis
Dalam hidup:
Hades, bicara, rapang dan wari.
Oh, lihat wajah berdarah
dan pemerkosaan uterus
Muncul dari puing-puing tatanan hidup
yang hancur.
Kejahatan tak terlihat
Tertawa tanpa cobaan.
Kekuatan kekerasan
Buang air besar dan dahak
Pada bendera nasional.
O cucu-cucu saya dalam dunia sibernetika!
Bagaimana Anda akan membaca prasasti zaman kita?
Kami akan dapat melakukannya
Menjadi inspirasi untuk kesimpulan
atau kita tepatnya
Menjadi sumber masalah
Dalam hidup?
Dengan puisi ini saya bersaksi
Bahwa rakyat Indonesia belum merdeka.
Orang tanpa hak hukum
Bukan orang yang mandiri.
Hak hukum yang tidak dilindungi
oleh lembaga pengadilan tinggi
Itu adalah hukum tertulis tentang air
Contoh Elegi Tentang Cemara Derai
Pohon-pohon cemara berkeliaran jauh
Ia merasa hari itu akan malam
Ada cabang di jendela
Terkena angin yang tertekan
Saya bisa tahan
Sudah berapa lama bukan anak kecil?
Tapi ada bahannya
yang tidak lagi menjadi dasar perhitungan
hidup hanya menunda kekalahan
Lebih terasing dari cinta sekolah menengah
dan Anda tahu, beberapa masih tak terucapkan
Sebelum akhirnya kita menyerah
Contoh Elegi Tentang Kompartemen
Terakhir kali kamu datang
Bawa bunga berbatu
Mawar merah dan melati putih
Darah dan santo
Kau tembak dirimu di depanku
Dan visi yang aman: untuk Anda
Jadi kita sama-sama tercengang
Tanyakan pada diri sendiri: apa ini?
Cinta? Kami berdua tidak mengerti
Suatu hari kita bersama. Tidak lagi dan lagi.
Ah! Hatiku yang tidak mau memberi
Anda benar-benar hancur.
Contoh Elegi Tentang Anakku
Kamu datang mengintai di hidupku
Kamu datang menampakan wajahmu
Namun sekejap mata itu kamu tutup
Memandang terang anak tidak suka.
Mulut kecil tiada kau buka,
Tangis teriakmu takkan diperdengarkan
Alamat hidup wartakan suka,
Kau diam, anakku, kami kau diundang.
Sedikitpun matamu tak mengerling,
Memandang ibumu sakit berguling
Matamu udara tidak bercucuran,
Tinggalkan ibumu tak berpenghiburan.
Kau diam, diam, kekasihku,
Tak kau katakan barang pesanan,
Akan penghibur duka dari dadaku,
Kekasihku, anakku, Mengapa kian?
Sebagai anak melalui kantor pusat,
Akan rumah kami berdua,
Tak anak tak insyaf sakit,
Yang diderita orang tua.
Tangan kecil lemah tergantung
Tak diangkat memeluk ibumu,
Menyapu dadanya, menyapu jantung,
Liburkan kemenangan, sayangkan ibumu.
Selekas anaknda datang,
Selekas anaknda pulang,
Tinggalkan ibu sakit terlintang,
Tinggalkan bapa sakit mengenang.
Selamat datang anaknda kami,
Selamat jalan kekasih hati.
Anak kami Tuhan berikan,
Anak kami Tuhan panggilkan,
Hati kami Tuhan hiburkan,
Nama Tuhan kami pujikan
Contoh Elegi Tentang Dari Jendela
Dari jendela kaca kereta senja kusaksikan
Anakku berlalri menerobos sawah dan kali
Berjalan dari atas batang padi
Dengan longdress putih dan sayap bidadari
Hujan turun dan kabut tebal sekali
Itu semua tak tertahankan penglihatanku lewat kaca
Itu semua tak tertahankan kemauannya menari
Ia tak menoleh ke arahku
Tapi aku makan
Ia tampak girang sekali
Bermain-main dari tempat tanpa batas
Dari jendela kaca kereta senja kusaksikan
Wajah sendiri
Tergeletak dari antara sawah, kali, dan batang padi
Demikianlah yang dapat admin sampaikan materi ini dimana pembahasan mengenai Contoh Puisi Elegi. Semoga dengan materi yang sudah dibahas melalui artikel ini, dapat memberikan pemahamaan dan manfaat untuk sahabat pembaca semua.
Baca Juga: