Contoh Esai Sastra

Posted on

Contoh Esai Sastra – Menulis esai dapat bersifat informal dan formal. Bahasa percakapan digunakan dalam esai informal, dalam bentuk salam “Aku” dan seolah-olah dia berbicara langsung kepada pembaca. Sedangkan untuk esai formal, pendekatannya serius.

Majalahpendidikan.com akan menyampaikan materi pembelajaran dengan judul Contoh Esai Sastra. Dimana materi pembelajaran ini akan diulas berdasarkan Pengertian, dan Contoh

Pengertian

Menulis esai sastra ini umumnya sesuai dengan menulis esai secara umum yang terdiri dari tiga sub-bab, termasuk hulu, konten, dan kesimpulan. Meskipun tidak secara khusus disebutkan sebagai esai, esai harus berisi ketiga bentuk.

Contoh Esai Sastra

Esai sastra sendiri merupakan esai prosa yang, dari sudut pandang pribadi penulis, membahas masalah secara sepintas lalu.

Contoh Esai Sastra 1

Mari kita cintai bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Bahasa ini harus dikuasai oleh semua orang Indonesia tanpa kecuali. Tidak hanya dikuasai, tetapi juga harus dipraktikkan dengan benar dan benar, salah satunya digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Ini penting karena fungsi bahasa Indonesia adalah instrumen terpadu untuk bangsa, karena kita sudah tahu bahwa bangsa kita terdiri dari berbagai etnis, adat, dan bahasa.

Bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional. Bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi dengan komunitas lain di wilayah lain di Indonesia. Meskipun demikian, setiap bahasa nasional yang menjadi pemiliknya harus dilestarikan.

Di komunitas perkotaan besar, tentu saja, bahasa yang diperlukan untuk berbicara bahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan orang-orang di daerah pedesaan? Tentu saja mereka masih menggunakan bahasa lokal untuk komunikasi, dan beberapa dari mereka kadang-kadang masih tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, melestarikan bahasa lokal sangat penting, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan bahasa Indonesia sama pentingnya dengan kesadaran suatu bangsa, yaitu orang Indonesia, untuk tujuan menghubungkan dengan dunia luar.
Terutama di zaman modern seperti itu, ketika kita harus berkomunikasi untuk mengembangkan standar hidup, kita harus menerapkan keterampilan bahasa Indonesia kita. Contoh kecil: Jika kita melamar pekerjaan di kota atau di luar kota, kita pasti harus berbicara bahasa Indonesia. Bahkan jika bahasa Indonesia tidak baik dan benar, setidaknya bahasa Indonesia ada dalam komunikasi [2,3].

Contoh Esai Sastra 2

Modernisasi Dalam Konservasi

Pelestarian sastra harus mencakup generasi muda. Ini penting karena generasi muda akan menjadi penerus dan pemegang warisan budaya di masa depan. Untuk mencapai misi ini, kegiatan konservasi budaya harus dilakukan dalam langkah-langkah modern. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik bagi kaum muda yang hidup di dunia saat ini.

Di zaman modern seperti itu, pelestarian budaya dapat dilakukan melalui program radio, televisi, film, Internet dan media cetak. Jika budaya disajikan dalam bentuk seperti itu, generasi muda pasti akan tertarik karena budaya tidak kuno dan ketinggalan jaman bagi mereka. Saya sangat senang karena langkah seperti ini sudah dimulai.

Ambillah, misalnya, kata wayang yang disiarkan oleh Kompas TV, yang membawa wayang lebih dekat kepada generasi muda karena disajikan dengan cara modern. Kasus lain adalah lagu pop Bali. Lagu-lagu pop Bali secara tidak sadar melestarikan bahasa Bali dan generasi muda menyukai bahasa Bali.

Contoh Esai Sastra 3

Santri

Gus Dur pernah menulis esai pendek berjudul “Pesantren dalam Sastra Indonesia”, yang diterbitkan dalam edisi Kompas 26 November 1973. Gus Dur mengalami kesulitan mengirimkan teks-teks sastra modern di Indonesia yang melaporkan kehidupan di Pesantras. Karakter para pendeta dan Santri jarang diperlakukan oleh penulis sebagai cerita yang rapi. Gus Dur hanya bisa memastikan bahwa penulis “sekolah” Pesantren adalah Djamil Suherman. Gus Dur mengajukan nama, tetapi tidak memberikan penjelasan atau apresiasi atas teks dan klaim Djamil Suherman. Dalam paragraf pertama, Gus Dur menulis: “Sebagai objek sastra, dapat dikatakan bahwa pesantras belum mendapat perhatian penulis, meskipun banyak dari mereka telah menikmati kehidupan pesantre. Hanya Djamil Suherman yang pernah berkultivasi di bidang ini, berturut-turut. cerita pendek di tahun lima puluhan dan enam puluhan.

Gus Dur tidak berniat memperlihatkan tulisan suci setelah beberapa dekade. esai itu sepertinya ditinggal sendirian. Kalimat tersebut ditulis oleh Gus Dur jauh sebelum novel Perempuan Berkalung Sorban (2001) dan Geni Jora (2004) oleh Abidah el Khaleqy. Novel Negeri 5 Menara (2009) karya Ahmad Fuadi juga tidak perlu dibahas oleh Gus Dur. Karena Ahmad Fuadi memberi kesan Pesantrenan pada halaman pertama novel: “Novel ini terinspirasi oleh pengalaman penulis untuk menikmati pendidikan instruktif di Fontor Islamic Boarding School. Semua karakter utama terinspirasi oleh karakter asli, beberapa kombinasi dari beberapa karakter nyata. “Novel ini laris di pasaran. Siswa tergoda untuk membaca dan melaksanakan proses pembangunan identitas dengan aliran sastra pesantre. Waktu telah berubah. Kalimat-kalimat lama Gus Major dapat “disangkal” dengan menambahkan informasi atau mengirim ide lebih lanjut.

Demikianlah yang dapat admin sampaikan materi ini dimana pembahasan mengenai Contoh Esai Sastra dengan materi yang sudah dibahas melalui artikel ini, dapat memberikan pemahamaan dan manfaat untuk sahabat pembaca semua.

Baca Juga: